Jump to content
IndiaDivine.org

Hrdaya Sutra! :)))

Rate this topic


Guest guest

Recommended Posts

PRAJNA PARAMITA HRDAYA SUTRA

(SUTRA HATI)

 

Pendahuluan :

 

Bahwa Astasahasrika Prajnaparamita Sutra merupakan kitab dasar dan

tertua di antara kumpulan kitab suci Prajnaparamita Sutra. Menurut

keterangan Encyclopedia of Buddhism (Vol.II, Fascicle 2: Asita Devala

Atthaka Vagga, dibawah judul Astasahasrika Prajnaparamita Sutra),

kitab Astasahasrika Prajnaparamita Sutra telah diterjemahkan ke dalam

bahasa Mandarin sedini tahun 172 M. Oleh Lakaraksa. Namun mengingat

akan kenyataan bahwa karya ini pasti telah populer sebelumnya di India

dan akan kesukaran-kesukaran perjalanan ke suatu negeri nan jauh dan

lain-lain, maka tidaklah terlalu meleset jika di pastikan bahwa kitab

Astasahasrika Prajnaparamita Sutra ini telah ada pada abad pertama

Sebelum Masehi kalaupun tidak terlalu dini.

 

Demikian dari data historis kitab Astasahasrika Prajnaparamita Sutra

yang telah ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan melalui penelaahan ini

kitab tersebut dapatlah diperkirakan secara pasti bahwa awal

kemunculan Mahayana terjadi pada abad pertama Sebelum Masehi.

 

Diantara karya literatur-literatur yang pertama kali membabarkan

konsep-konsep dasar Mahayana, seperti Sunyata, praktek-praktek

Bodhisattva (Bodhisattvacarya) dan lain-lain, adalah kumpulan kitab

Prajnaparamita Sutra. Karenanya, untuk dapat memperkirakan waktu

kemunculan Mahayana, terlebih dahulu kita harus memastikan kapan

munculnya kitab tersebut untuk pertama kali.

 

Pembabaran Buddha Dharma Mahayana

 

Ajaran Buddha Dharma tentang Prajna(Kebijaksanaan Sempurna) sedalam

samudra, seluas alam semesta. Diuraikan selama 22 tahun, tersusun

dalam 500 jilid, maha Prajna Sutra yang dibabarkan oleh Shakyamuni Buddha.

 

Prajna Paramita Hrdaya Sutra adalah inti sari dari Maha Prajna Sutra,

Sutra ini dianggap sebagai pedoman umat Buddha umat Buddha Mahayana

dan selalu diulang-ulang setiap hari oleh siswa yang berkeluarga

maupun para bhiksu di Vihara.

 

Fase Perkembangan Prajnaparamita Sutra

 

Dari berbagai sumber, juga sumber tulisan Mansarin, Nagarjuna dikenal

sebagai penulis berjilid-jilid kitab Mahaprajnaparamita-Sastra

(Katalog Nanjio no. 1169; diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin oleh

Kumarajiva tahun 402-405 M.). Kitab Prajnaparamita Sutra telah ada

kira-kira 400 tahun sebelum Nagarjuna, beliau hanyalah

mengsistemasikan kitab-kitab tersebut.

 

Nagarjuna dan para pengikutnya antara lain termasuk muridnya Aryadeva,

dianggap sebagai pemancar dari interpretasi yang benar mengenai Ajaran

yang asli. Sekte Madhyamika mengenai filsafat Agama Buddha yang

dirintis oleh Nagarjuna (150 M.) merupakan pusat doktrin Sunyata dari

semua konsep empiris, seperti dharma, atau unsur pokok yang terakhir

mengenai eksistensi, di tegaskan di dalam Abhidharma (Sastra). Karya

besar Nagarjuna adalah Madhyamika-Karika sebagai uraian ringkasan

mengenai Sutra-Sutra Mahayana, didalam ini diletakkan dasar-dasar

filsafat mengenai Agama Buddha. Terdapat banyak bukti yang dapat

dipercaya kebenarannya berhubungan dengan dia dengan pusat utama dari

sektenya di bagian Tenggara India (Andhra) yang memakai namanya, yakni

Nagarjunakonda; juga dengan pusat yang serupa di Bihar Nalanda.

 

Menurut Prof. Dr. Edward Conze : Prajnaparamita Sutra dapat dibagi ke

dalam tiga fase masing-masing lamanya 2 abad dan satu fase lamanya 5

atau 6 abad.

 

1. Fase pertama ( 100 SM - 100 M.) terdiri dari perluasan mengenai

ajaran itu ke dalam suatu teks dasar.

2. Fase kedua (100 M - 300 M.) dalam perluasannya ke dalam 3 atau 4

risalah-risalah yang sangat penting.

3. Fase ketiga (300 M - 500 M.) didalam penyingkatannya ke dalam

suatu jumlah dari risalah-risalah yang lebih pendek.

4. Fase keempat (500 M - 1.200 M.) didalam penyingkatannya ke dalam

Dharani dan Mantra Tantra.

 

Sekarang ini terlihat kepastian yang jelas bahwa Prajnaparamita Sutra

ke dalam 8.000 baris merupakan teks yang tertua dalam klasifikasi ini

miliknya Sekte Madhyamika. Satasahasrika Prajnaparamita Sutra terdiri

dari 100.000 syair. Prajnaparamita Hrdaya Sutra terdiri dari 100 suku

kata yang berupa Dharani.

 

Astasahasrika Prajnaparamita Sutra dilakukan perluasan dan ringkasan.

Perluasannya menjadi : Satasahasrika Parajnaparamita Sutra, dan

ringkasannya menjadi: Saptasatika Prajnaparamita Sutra dan

Adhyaardhasatika Prajnaparamita Sutra dan lain-lainnya, dan yang

paling pendek adalah Prajnaparamita Hrdaya Sutra.

 

Menurut Prof. Murti terdapat tiga tingkatan sesudahnya di dalam

perkembangan Sekte Madhyamika, setelah perumusan mengenai prinsip

intinya oleh Nagarjuna dan Aryadeva. Sekte-sekte ini adalah: pemisahan

sekte Madhyamika ke dalam 2 sekte, yakni Prasangika diwakili oleh

Buddhapalita, dan Svatrantrika diwakili oleh Bhavaviveka; kemudian

dalam awal abad ke-7 M., oleh Candrakirti dilakukan reductio ad

absurdum methode sebagai norma untuk Mahayana, akhirnya suatu

syncretism (penyatuan sekte) dari Mahayana dengan sekte Yogacara,

dilaksanakan oleh Santaraksita dan Kamalasila. Itulah bentuk Mahayana

ini yang menjadi filsafat yang dominan dari Agama Buddha di Tibet.

Disebabkan dari penegasannya itu (vada) mengenai Sunyavada. Kumarajiva

yang memperkenalkan sekte Madhyamika mengenai filsafat agama Buddha ke

negeri China. Kumarajiva juga penerjemah ulung dari bahasa Sansekerta

ke dalam bahasa Mandarin untuk kitab-kitab dari karya Nagarjuna,

Aryadeva, Vasubandhu, dan Asanga. Ada penjelasan mengenai kebenaran

atas terjemahannya kitab-kitab tersebut yaitu bilamana terjemahannya

benar, bilamana dia meninggal setelah tubuhnya dikremasikan semuanya

boleh hancur menjadi debu tetapi lidahnya utuh. Setelah meninggal dan

tubuhnya dikremasikan, semua tubuhnya hancur menjadi debu tetapi

lidahnya bukan saja tetap utuh tetapi tumbuh sekuntum bunga teratai.

 

Kata permulaan dalam Prajnaparamita Hrdaya Sutra :

 

Prajnaparamita Hrdaya Sutra dengan penjelasannya dalam bahasa Inggris

oleh Tripitaka Master Hua, beliau menjelaskan kata permulaannya dalam

Sutra tersebut Ketika Avalokiteshvara Bodhisattva ... dengan syair

berikut ini :

 

Membalikkan cahaya itu menyinari ke dalam , Avalokitesvara.

 

Menerangi semua mahkluk hidup; jadi beliau ialah Bodhisattva

 

Pikirannya adalah demikian, demikianlah, tidak berubah, Bodhisattva

luar biasa yang damai;

 

Dengan penuh pengertian mengenai penyinaran terus-menerus, beliau

ialah pimpinan dan guru,

 

Enam jenis kekuatan batin merupakan suatu hal yang biasa.

 

Dan bahkan dapat mengurangi angin dan hujan dari delapan penjuru yang

menyebabkan bahaya,

 

Beliau menggulung Sutra itu dan dengan hati-hati menyimpannya;

 

Dan membuka Sutra itu untuk mengisi seluruh dunia.

 

---

 

PRAJNA PARAMITA HRDAYA SUTRA

(SUTRA HATI)

 

Ketika Avalokitesvara Bodhisattva sedang merenungkan Prajna Paramita

yang sangat dalam itu, melihat tembus bahwa Panca Skandha adalah

Kosong, maka mengakhiri semua penderitaan dan kesusahan.

 

Oh, Shariputra! Wujud tidaklah berbeda dengan kosong, Kosong tidaklah

berbeda dari Wujud. Wujud sendiri adalah Kosong, Kosong sendiri adala

Wujud. Begitu juga perasaan, pengertian, perwujudan, dan kesadaran.

 

Oh, Shariputra! semua Dharma hakekatnya Kosong. Tidak ada dilahirkan,

tidak ada kematian, tidak bernoda, tidak murni, tidak bertambah begitu

juga berkurang. Karena itu, di dalam Kosong tidak ada Wujud, perasaan,

pengertian, perwujudan, kesadaran; tiada mata, tiada telinga, tiada

hidung, tiada lidah, tiada jasmani atau rohani; tida penglihatan,

tiada pendengaran, tiada pembauan, tiada cita rasa, tiada sentuhan,

tiada dharma; tiada alam pandangan juga tiada alam kesadaran. Tiada

kegelapan rohani atau akhir kegelapan rohani, tiada usia tua dan

kematian atau akhir dari usia tua dan kematian. Tiada derita, tiada

asal mula derita, tiada akhir derita, tiada jalan itu; tiada

kebijaksanaan, tiada pencapaian.

 

Sesungguhnya, tiada sesuatu yang dicapai, Sang Bodhisattva dengan

keheningan pikiran berlandaskan kepercayaan penuh pada

Prajna-Paramita. Sebab telah tiada rintangan, maka tiada ketakutan,

khayalan ilusi telah berakhir, akhirnya Nirvana.

 

Semua Hyang Buddha pada waktu dahulu, sekarang, dan mendatang,

mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi berlandaskan kepercayaan penuh pada

Prajna Paramita. Karena itu, Prajna Paramita sudah jelas merupakan

Maha Mantra Spirituil, Maha Mantra Cemerlang, Mantra Yang Teragung,

Mantra Tanpa Bandingan yang dapat melenyapkan semua penderitaan;

adalah sungguh-sungguh benar. Dari sebab itu, Mantra Prajna Paramita

diucapkan. Mengulanginya seperti ini :

 

GATE GATE PARAGATE PARASAMGATE BODHI SVAHA !

 

Terjemahan dari Prajna Paramita Hrdaya Sutra dalam bahasa Inggris oleh

Tripitaka Master Hua

Link to comment
Share on other sites

Join the conversation

You are posting as a guest. If you have an account, sign in now to post with your account.
Note: Your post will require moderator approval before it will be visible.

Guest
Reply to this topic...

×   Pasted as rich text.   Paste as plain text instead

  Only 75 emoji are allowed.

×   Your link has been automatically embedded.   Display as a link instead

×   Your previous content has been restored.   Clear editor

×   You cannot paste images directly. Upload or insert images from URL.

Loading...
×
×
  • Create New...